Minggu, 20 Januari 2013

KELAHIRAN NABI MUHAMMAD SAW










Nabi Muhammad lahir 4 bulan setelah penyerangan pasukan gajah yang dipimpin Abrahah ke kota Makkah. Peristiwa ini diabadikan didalam sebuah surat dalam Al-Qur’an, yaitu Surat Al-Fiil (105).

Beberapa bulan sebelum Nabi dilahirkan, beberapa gunung berapi didunia ini meletus, termasuk Gunung Krakatau di Selat Sunda.
Peristiwa ini terjadi pada sekitar tahun 535 Masehi. Akibat letusan hebat dari gunung-gunung berapi tersebut, untuk beberapa tahun sesudahnya, hampir diseluruh negara didunia, mengalami hujan abu, dan sinar matahari tidak dapat menembus ketebalan awan debu vulkanik yang terbawa angin.

Dalam cuaca seperti inilah Nabi dilahirkan, yaitu pada tanggal 12 Rabi’ul Awal tahun Gajah, yang diperkirakan jatuh pada tanggal 20 April 570 M, di kota Makkah.

Ayah Nabi bernama Abdullah, sedangkan ibunya adalah Aminah. Ayahnya termasuk keluarga Bani Hasyim yang sangat dihormati dalam Suku Quraisy. Adik ayahnya adalah Abu Thalib, yang juga ayahanda dari Ali bin Abu Thalib kw. Sedangkan ayah dari Abdullah bernama Abdul Muthalib.

Pekerjaan Abdullah adalah berdagang.

Saat usia kandungan Aminah memasuki 3 bulan, Abdullah berpulang ke Rahmatullah dalam usia yang sangat muda, 20 tahun.
Dalam kesedihan mendalam, Aminah bermimpi bertemu Siti Maryam (ibunda Nabi Isa as.). Dalam mimpi itu Siti Maryam menitip pesan kepada Aminah,
“Kelak bayi yang ada didalam rahimmu akan menjadi manusia paling mulia sejagat raya, maka jagalah ia baik-baik hingga kelahirannya.”

Saat lahir, Nabi diberi nama Muhammad, yang artinya “dia yang terpuji”, dengan panggilan kecil Ahmad.

Karena kesedihan yang berkepanjangan, Aminah jatuh sakit, hingga tidak dapat menyusui Ahmad, hingga dicarilah ibu susu untuknya. Ibu susu Nabi bernama Halimatussa’diyah.

Sakit Aminah semakin parah, ketika Nabi memasuki usia 6 tahun, Aminah pun dan dimakamkan di sisi suaminya di Abwa.
Selanjutnya Nabi dirawat oleh Ummu Aiman dibawah perlindungan kakeknya Abdul Mutholib.

Namun, dua tahun kemudian, Abdul Muthalib juga meninggal. Nabi akhirnya di asuh oleh pamannya (adik ayahnya) Abu Thalib.

Dalam usia yang cukup belia, 9 tahun, Nabi telah bekerja sebagai seorang gembala.

Sebagaimana bunyi sebuah hadits,
“Seseorang pernah bertanya kepada Nabi Muhammad saw., ’Apakah Anda juga pernah menjadi gembala?’ Beliau menjawab, ’Ya. Selama beberapa waktu aku menggembalakan domba orang Makkah di daerah Qararit. Ketahuilah oleh mu semua Nabi pernah menjadi gembala’.”

WALLAAHU TA’ALAA A’LAAM BISH SHAWAAB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar