Jumat, 09 Maret 2012

Menjadi Pribadi











Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Sahabat saudaraku fillah..berikut kami sajikan sebuah catatan yang semoga memotivasi kita untuk optimis menghadapi segala problema kehidupan.

Ibnu Mas’ud berkata, "Sesungguhnya jiwa manusia itu mempunyai saat di mana ia ingin beribadah dan ada saat di mana enggan beribadah." Di antara dua keadaan itulah manusia menjalani kehidupan ini. Dan di antara dua keadaan itu pula nasib manusia ditentukan.

Pribadi pantang menyerah (tangguh) adalah sebutan bagi pribadi yang tidak merasa lemah terhadap sesuatu yang terjadi dan menimpanya. Pribadinya menganggap sesuatu yang terjadi itu dari segi positifnya. Ia yakin betul bahwa skenario Allah itu tidak akan meleset sedikit pun.

Pribadi tangguh ini, tidak lain merupakan pribadi yang memiliki kemampuan untuk bersyukur apabila ia mendapat sesuatu yang berkaitan dengan kebahagiaan, kesuksesan, medapat rezeki, dan lain-lain. Sebaliknya, jika ia mendapati sesuatu yang tidak diharapkannya, entah itu berupa kesedihan, kegagalan, mendapat bala bencana, dan lain-lain, maka ia memiliki ketahanan untuk selalu bersabar. Dan pribadi seperti ini memposisikan setiap kejadian yang menimpanya adalah atas ijin dan kehendak Allah. Ia pasrah dan selalu berusaha untuk bangkit dengan cara mengambil pelajaran dari setiap kejadian tersebut.

Pribadi pantang menyerah ini bukan saja semata-mata secara fisik. Tapi lebih penting justru adanya sifat positif dalam jiwanya yang begitu tangguh dan kuat. Seseorang menjadi kuat, pada dasarnya karena mentalnya kuat. Seseorang menjadi lemah, karena mentalnya lemah. Begitu juga, seseorang sukses, karena ia memiliki keinginan untuk sukses. Dan seseorang gagal, karena ia berbuat gagal.
"Orang mukmin yang kuat lebih disukai dan lebih baik daripada mukmin yang lemah." Jadi, manusia tangguh dan kuat itu, sudah seharusnya menjadi cita-cita kita dalam rangka mengabdi kepada Allah.

Dalam konteks ini, dapat disebutkan bahwa kesuksesan menurut pandangan Al-Qur'an itu memiliki dua syarat pokok, yakni iman dan ilmu (QS. 58 : 11). Kedua hal ini, kalau kita kaji secara rinci, jelas-jelas memiliki pengaruh sangat besar dalam kehidupan manusia. Dengan kuatnya iman seseorang, maka ia akan sangat berpengaruh terhadap kualitas kehidupan manusia. Menurut M. Ridwan IR Lubis (1985), ada tiga pengaruh iman, yaitu berupa kekuatan berpikir (quwatul idraak), kekuatan fisik (quwatul jismi), dan kekuatan ruh (quwatur ruuh).

Untuk mencapai kekuatan iman itu, kuncinya terletak pada pribadi masing-masing. Kalau kita cermati, sebenarnya pembentukan sifat pribadi tangguh ini adalah berawal dari sifat optimisme yang menyelimuti pola pikir orang tersebut. Setelah kita mampu bersikap optimis, lalu pola pikir kita pun harus dibiasakan berpikir secara positif dan percaya diri.

Mungkin ada yang bertanya, berpikir positif kepada siapa? Paling tidak ada empat taktik berpikir positif yang perlu dibangun dalam kehidupan sehari-hari agar menjadi pribadi tangguh.

★• Berpikir positif kepada Allah.
Setiap kejadian, peristiwa, dan fenomena kehidupan ini pasti ada sebab musababnya. Tugas kita hanya berpikir dan membaca. Ada apa di balik semua itu? Lalu, kita mengambil pelajaran dari kejadian itu selanjutnya mengamalkan dalam kehidupan.

★• Berpikir positif terhadap diri sendiri.
Setiap manusia, dilahirkan sebagai pribadi yang unik. Walaupun terkadang wajah dan sifat kita mirip dengan orang lain, tapi, yang jelas ada saja perbedaan antara keduanya. Sifat dan pribadi unik inilah yang harus dijaga. Itu adalah potensi positif, modal dasar untuk mencapai keleluasaan langkah kita menuju ridha-Nya. Bagaimana orang lain akan menghargai kita, kalau diri kita sendiri meremehkan dan tidak menghargainya..

★• Berpikir positif pada orang lain.
Orang lain itu, manusia biasa sama dengan kita. Dia mempunyai kesalahan dan kekhilafan.Pandanglah, orang lain itu dari sisi positifnya saja dan menerima sisi negatifnya sebagai pelajaran bagi kita.

Belajarlah dari seekor burung Garuda. Ia mengajarkan anaknya untuk terbang dari tempat yang tinggi dan menjatuhkannya. Lalu jatuh, diangkat lagi, dan seterusnya sampai ia bisa terbang sendiri. Hati Garuda juga bersih, tidak mendendam. Ia kalau waktunya bermain ‘cakar-cakaran’. Tapi, kalau di luar itu ia akur, damai kembali.

★• Berpikir positif pada waktu.
Setiap manusia diberi waktu yang sama, di mana pun dia berada. Sebanyak 24 jam sehari atau 86.400 detik sehari. Waktu itu, ingin kita apakan? Kita gunakan untuk tidur seharian, kerja keras, mengeluh, berdemontrasi, bergunjing, santai, menuntut ilmu, menolong orang lain, melamun, ibadah, dan lainnya. Waktu itu tidak akan protes.

Yang jelas, setiap detik hidup kita akan diminta pertanggungjawabannya kelak di hadapan Allah. Bagi mereka yang biasa mengisi waktunya dengan amal shaleh dan berada dalam keimanan, maka ia akan memperoleh kehidupan yang lebih baik. Allah berfirman, "Barangsiapa mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki ataupun perempuan dalam keadaan beriman, niscaya Kami hidupkan dia dengan kehidupan yang baik dan Kami balasi mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (QS. An-Nahl : 97).

Sumber : kotasantri.com diedit dan disunting kembali oleh admin 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar